Model Pembelajaran Berbasis Persoalan (Problem Based Learning) Pada Implementasi Kurikulum 2013

Sahabat Edukasi yang sedang berbahagia...

Pembelajaran berbasis duduk kasus merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan duduk kasus kontekstual sehingga merangsang penerima didik untuk belajar.

Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, penerima didik bekerja dalam tim untuk memecahkan duduk kasus dunia konkret (real world).

KELEBIHAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)

1.   Dengan PBL akan terjadi pembelajaran  bermakna. Peserta didik / maha penerima didik yang berguru memecahkan suatu duduk kasus maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar sanggup semakin bermakna dan sanggup diperluas saat penerima didik / maha penerima didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan.

2.   Dalam situasi PBL, peserta  didik / maha penerima didik mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.

3.   PBL sanggup meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif penerima didik / maha penerima didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan sanggup berbagi relasi interpersonal dalam bekerja kelompok.

LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)

1.   Konsep Dasar (Basic Concept)

Fasilitator  memperlihatkan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diharapkan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan biar penerima didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapat ‘peta’ yang akurat perihal arah dan tujuan pembelajaran.

2.   Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)

Dalam langkah ini fasilitator memberikan skenario atau permasalahan dan penerima didik melaksanakan aneka macam kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan jawaban terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul aneka macam macam alternatif pendapat.

3.   Pembelajaran Mandiri (Self Learning)

Peserta didik mencari aneka macam sumber yang sanggup memperjelas informasi yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud sanggup dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan.

Tahap pemeriksaan mempunyai dua tujuan utama, yaitu:

a.   agar penerima didik mencari informasi dan berbagi pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan
b.   informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan sanggup dipahami.

4.   Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)

Setelah mendapat sumber untuk keperluan pendalaman bahan dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya penerima didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini sanggup dilakukan dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.

5.   Penilaian (Assessment)

Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan perilaku (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang meliputi seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian final semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.
 
Penilaian terhadap kecakapan sanggup diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian.

Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, penerima didik terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian penerima didik diminta mencatat masalah-masalah yang muncul.

Setelah itu kiprah guru yaitu merangsang penerima didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan duduk kasus yang ada. Tugas guru yaitu mengarahkan penerima didik untuk bertanya, menerangkan asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka.

Memanfaatkan lingkungan penerima didik untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru memperlihatkan penugasan yang sanggup dilakukan di aneka macam konteks lingkungan penerima didik, antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat.

Penugasan yang diberikan oleh guru memperlihatkan kesempatan bagi penerima didik untuk berguru diluar kelas. Peserta didik diharapkan sanggup memperoleh pengalaman eksklusif perihal apa yang sedang dipelajari. Pengalaman berguru merupakan acara berguru yang harus dilakukan penerima didik dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan bahan pembelajaran.

SISTEM PENILAIAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)

Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan perilaku (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang meliputi seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian final semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.

Penilaian terhadap kecakapan sanggup diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap perilaku dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan berafiliasi dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.

Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic assesment. Penilaian sanggup dilakukan dengan portfolio yang merupakan kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaan penerima didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan berguru dalam kurun waktu tertentu dalam kerangka pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan PBL dilakukan dengan cara penilaian diri (self-assessment) dan peer-assessment.

Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu sendiri terhadap usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai (standard) oleh pebelajar itu sendiri dalam belajar.

Peer-assessment. Penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk memperlihatkan penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah dilakukannya sendiri maupun oleh teman dalam kelompoknya.

0 Response to "Model Pembelajaran Berbasis Persoalan (Problem Based Learning) Pada Implementasi Kurikulum 2013"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel